A. Identitas Buku
Judul Buku : Layar Terkembang
Tahun Terbit : 2006 (Cetakan pertama tahun 1936)
Penerbit : Balai Pustaka
Harga Buku : Rp 45.000,00
Tebal Buku : 201 halaman
Angkatan : 30-an
B. Tujuan Pengarang
Pengarang menulis novel ini karena membahas tentang perjuangan dan segala permasalahan yang dihadapi oleh wanita pada masa itu untuk mencapai cita-citanya.
C. Tujuan Penulisan
Novel ini layak untuk di baca para wanita muda masa kini agar tahu bagaimana keadaan kaum wanita masa lalu.Selain itu secara tidak langsung dapat meningkatkan minat para generasi muda terhadap kesusastraan lama Indonesia yang menjadi perintis sastra modern Indonesia sekarang.
D. Isi Buku
Novel ini menceritakan tentang dua orang kakak beradik yang memiliki
karakter sangat berbeda. Tuti, sang kakak, adalah seorang wanita yang
sangat idealis. Ia juga anggota organisasi pergerakan wanita, Putri
Sedar namanya. Tuti sering berorasi meneriakkan hak-hak wanita yang pada
saat itu masih jauh dari unsur emansipasi. Apapun yang dilakukan
olehnya harus berdasarkan pemikiran yang matang dan lugas, Tuti adalah
seseorang yang sangat serius dan tegas.
Berbeda dengan Tuti, Maria, sang adik, adalah seorang wanita yang
manis, ceria dan sangat keibuan. Ia juga sering mengambil keputusan
berdasarkan perasaannya saja. Yang menurut Tuti, adalah tindakan
ceroboh. Maria lebih perasa, lebih menyukai hal-hal feminim, seperti
bunga dan novel-novel bertemakan cinta.
Saat sedang berekreasi untuk mengisi liburan di hari Minggu, mereka
bertemu dengan Yusuf, seorang pemuda intelektual yang sedang menempuh
pendidikannya sebagai dokter. Pertemuan di hari Minggu itu berlanjut
hingga pada suatu pagi Yusuf yang sedang mengayuh sepeda menuju Sekolah
Tabib Tinggi, tempatnya menempuh pendidikan dokter, bertemu dengan Maria
yang juga sedang mengayuh sepeda menuju H.B.S. Carpentier, tempatnya
menuntut ilmu. Sejak saat itu, mereka sering membuat janji untuk
bertemu. Yusuf pun sering mengunjungi kediaman Maria dan Tuti untuk
bertemu dengan Maria. Sampai akhirnya, Yusuf dan Maria saling jatuh
cinta, hubungan mereka akhirnya semakin serius, hingga menjadi sepasang
kekasih.
Hubungan Yusuf dan Maria juga mendapat lampu hijau dari R.
Wiriaatmaja, ayah Maria. Hingga mereka memutuskan untuk bertunangan,
hubungan mereka sangat harmonis. Melihat kemesraan antara Yusuf dan
Maria, Tuti sebenarnya iri. Apalagi, mengingat pertunangannya dengan
Hambali yang putus ditengah jalan. Namun tetap saja, ia tak mau memiliki
kekasih apalagi suami jika tak sesuai dengan kriteria dan pilihan
hatinya.
Suatu hari, Maria tiba-tiba terserang Malaria, suhu tubuhnya tak
stabil. Ia juga sering memuntahkan darah. Keadaannya membuat Ayah dan
Kakaknya khawatir, selain khawatir akan keadaannya, mereka juga khawatir
jika Maria akan bernasib sama dengan Ibunya yang meninggal karena
penyakit semacam itu.
Ditengah keadaan adiknya yang sedang memburuk itu, Tuti juga
dibingungkan dengan perilaku Supomo, temannya yang mengajar di sekolah
yang sama dengannya. Supomo menyatakan cintanya kepada Tuti, dan berniat
untuk mempersuntingnya. Walaupun Tuti kagum kepadanya, namun ia tidak
yakin untuk menerima permintaan Supomo. Akhirnya, Tuti memutuskan untuk
menolak permintaan Supomo karena tidak ingin mengingkari prinsipnya. Ia
juga tak ingin mengecewakan Supomo karena jika ia menerimanya, ia hanya
menikah karena malu akan usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun tetapi
belum bersuami, bukan karena ia juga mencintai Supomo. Ia menjelaskan
semuanya lewat surat, seperti Supomo yang juga menulis surat untuk
meyakinkan Tuti akan pengakuan cintanya.
Keadaan Maria yang semakin memburuk mengharuskannya untuk menjalani
rawat inap di Central Burgerlijk Ziekenhius di Pacet, Sindanglaya, Jawa
Barat. Ayah, kakak, dan kekasihnya, bergantian untuk menjenguknya karena
mereka semua masih sibuk dan tak mungkin meninggalkan aktifitasnya di
Jakarta untuk menemaninya disana dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.
Hingga tiba saatnya liburan bulan Desember, Tuti dan Yusuf berjanji
untuk menjenguk Maria setiap hari dengan menginap di rumah saudaranya di
Sindanglaya. Maria tentu sangat senang, walau malarianya belum hilang
ditambah dengan tbc yang memperparah keadaannya.
Keadaannya yang semakin memburuk membuatnya selalu teringat akan
kematian, ia merasa hidupnya sudah tak lama lagi. Hingga akhirnya, ia
berpesan kepada Tuti dan Yusuf untuk hidup bersama dan saling mencintai.
"Alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti, kalau saya tahu,
bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti
kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini..." begitulah pesan
terakhir dari Maria yang tertulis di halaman 150 buku ini.Firasat Maria
benar-benar terjadi, ia meninggal dunia. Untuk menghormati Maria, Tuti
dan Yusuf pun akhirnya memutuskan untuk menikah.
E. Kelebihan Buku
- Alur yang ditulis sudah runtut mulai dari pengenalan,klimaks,antiklimaks,hingga penyelesaian.
- Cerita uang disuguhkan kepada pembaca sangat menarik.
- Isi dari bahasanya tersirat kata-kata yang penuh makna.
- Banyak berisi nilai estetika atau moral yang sangat mendidik.
F. Kekurangan Buku
- Bahasa yang digunakan susah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa Melayu.
- Pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah kurang efektif.
- Tatanan kalimatnya tidak efektif.
G. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan :
Setelah membaca buku ini kita mendapatkan
banyak pengetahuan baru. Buku ini memberikan banyak inspirasi dan
membuka mata kita tentang kegigihan dalam berjuang yang dapat
diaplikasikan dalam kehidupan.
Saran :
Buku ini harus direvisi ulang tatanan bahasanya sesuai EYD terbaru saat ini. Sehingga
menarik minat para pembaca khususnya para remaja dengan isi novel Layar
Terkembang.