DAFTAR MENU

Minggu, 01 Maret 2015

RESENSI NOVEL LAYAR TERKEMBANG


A. Identitas Buku

Judul Buku : Layar Terkembang
Penulis : Sutan Takdir Alisjahbana (STA)
Tahun Terbit : 2006 (Cetakan pertama tahun 1936)
Penerbit : Balai Pustaka
Harga Buku : Rp 45.000,00
Tebal Buku : 201 halaman
Angkatan : 30-an

B. Tujuan Pengarang

Pengarang menulis novel ini karena membahas tentang perjuangan dan segala permasalahan yang dihadapi oleh wanita pada masa itu untuk mencapai cita-citanya.

C. Tujuan Penulisan

Novel ini layak untuk di baca para wanita muda masa kini agar tahu bagaimana keadaan kaum wanita masa lalu.Selain itu secara tidak langsung dapat meningkatkan minat para generasi muda terhadap kesusastraan lama Indonesia yang menjadi perintis sastra modern Indonesia sekarang.

D. Isi Buku

Novel ini menceritakan tentang dua orang kakak beradik yang memiliki karakter sangat berbeda. Tuti, sang kakak, adalah seorang wanita yang sangat idealis. Ia juga anggota organisasi pergerakan wanita, Putri Sedar namanya. Tuti sering berorasi meneriakkan hak-hak wanita yang pada saat itu masih jauh dari unsur emansipasi. Apapun yang dilakukan olehnya harus berdasarkan pemikiran yang matang dan lugas, Tuti adalah seseorang yang sangat serius dan tegas.
Berbeda dengan Tuti, Maria, sang adik, adalah seorang wanita yang manis, ceria dan sangat keibuan. Ia juga sering mengambil keputusan berdasarkan perasaannya saja. Yang menurut Tuti, adalah tindakan ceroboh. Maria lebih perasa, lebih menyukai hal-hal feminim, seperti bunga dan novel-novel bertemakan cinta.
Saat sedang berekreasi untuk mengisi liburan di hari Minggu, mereka bertemu dengan Yusuf, seorang pemuda intelektual yang sedang menempuh pendidikannya sebagai dokter. Pertemuan di hari Minggu itu berlanjut hingga pada suatu pagi Yusuf yang sedang mengayuh sepeda menuju Sekolah Tabib Tinggi, tempatnya menempuh pendidikan dokter, bertemu dengan Maria yang juga sedang mengayuh sepeda menuju H.B.S. Carpentier, tempatnya menuntut ilmu. Sejak saat itu, mereka sering membuat janji untuk bertemu. Yusuf pun sering mengunjungi kediaman Maria dan Tuti untuk bertemu dengan Maria. Sampai akhirnya, Yusuf dan Maria saling jatuh cinta, hubungan mereka akhirnya semakin serius, hingga menjadi sepasang kekasih.
Hubungan Yusuf dan Maria juga mendapat lampu hijau dari R. Wiriaatmaja, ayah Maria. Hingga mereka memutuskan untuk bertunangan, hubungan mereka sangat harmonis. Melihat kemesraan antara Yusuf dan Maria, Tuti sebenarnya iri. Apalagi, mengingat pertunangannya dengan Hambali yang putus ditengah jalan. Namun tetap saja, ia tak mau memiliki kekasih apalagi suami jika tak sesuai dengan kriteria dan pilihan hatinya.
Suatu hari, Maria tiba-tiba terserang Malaria, suhu tubuhnya tak stabil. Ia juga sering memuntahkan darah. Keadaannya membuat Ayah dan Kakaknya khawatir, selain khawatir akan keadaannya, mereka juga khawatir jika Maria akan bernasib sama dengan Ibunya yang meninggal karena penyakit semacam itu.
Ditengah keadaan adiknya yang sedang memburuk itu, Tuti juga dibingungkan dengan perilaku Supomo, temannya yang mengajar di sekolah yang sama dengannya. Supomo menyatakan cintanya kepada Tuti, dan berniat untuk mempersuntingnya. Walaupun Tuti kagum kepadanya, namun ia tidak yakin untuk menerima permintaan Supomo. Akhirnya, Tuti memutuskan untuk menolak permintaan Supomo karena tidak ingin mengingkari prinsipnya. Ia juga tak ingin mengecewakan Supomo karena jika ia menerimanya, ia hanya menikah karena malu akan usianya yang sudah dua puluh tujuh tahun tetapi belum bersuami, bukan karena ia juga mencintai Supomo. Ia menjelaskan semuanya lewat surat, seperti Supomo yang juga menulis surat untuk meyakinkan Tuti akan pengakuan cintanya.
Keadaan Maria yang semakin memburuk mengharuskannya untuk menjalani rawat inap di Central Burgerlijk Ziekenhius di Pacet, Sindanglaya, Jawa Barat. Ayah, kakak, dan kekasihnya, bergantian untuk menjenguknya karena mereka semua masih sibuk dan tak mungkin meninggalkan aktifitasnya di Jakarta untuk menemaninya disana dalam waktu yang tidak bisa ditentukan.
Hingga tiba saatnya liburan bulan Desember, Tuti dan Yusuf berjanji untuk menjenguk Maria setiap hari dengan menginap di rumah saudaranya di Sindanglaya. Maria tentu sangat senang, walau malarianya belum hilang ditambah dengan tbc yang memperparah keadaannya.
Keadaannya yang semakin memburuk membuatnya selalu teringat akan kematian, ia merasa hidupnya sudah tak lama lagi. Hingga akhirnya, ia berpesan kepada Tuti dan Yusuf untuk hidup bersama dan saling mencintai. "Alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti, kalau saya tahu, bahwa kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini..." begitulah pesan terakhir dari Maria yang tertulis di halaman 150 buku ini.Firasat Maria benar-benar terjadi, ia meninggal dunia. Untuk menghormati Maria, Tuti dan Yusuf pun akhirnya memutuskan untuk menikah.

E. Kelebihan Buku

- Alur yang ditulis sudah runtut mulai dari pengenalan,klimaks,antiklimaks,hingga penyelesaian.
- Cerita uang disuguhkan kepada pembaca sangat menarik.
- Isi dari bahasanya tersirat kata-kata yang penuh makna.
- Banyak berisi nilai estetika atau moral yang sangat mendidik.

F. Kekurangan Buku 

- Bahasa yang digunakan susah dimengerti karena banyak menggunakan bahasa Melayu.
- Pemilihan kata-kata yang ada di dalam naskah kurang efektif.
- Tatanan kalimatnya tidak efektif.

G. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan :
Setelah membaca buku ini kita mendapatkan banyak pengetahuan baru. Buku ini memberikan banyak inspirasi dan membuka mata kita tentang kegigihan dalam berjuang yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan.

Saran :
Buku ini harus direvisi ulang tatanan bahasanya sesuai EYD terbaru saat ini. Sehingga menarik minat para pembaca khususnya para remaja dengan isi novel Layar Terkembang.
Comments
0 Comments

Tidak ada komentar:

Posting Komentar